Membaca Centhini, Kekasih yang Tersembunyi oleh sastrawan Perancis Elizabeth D. Inandiak membuat perasaan saya campur aduk. Kesal kesal rasanya sebagai Jawa tulen, lahir dan mungkin mati di tanah Jawa, saya malah mempelajari kitabnya kitab Jawa dari hasil tulisan mbak Inandiak. Malu saya, karena tidak memiliki pengetahuan sastra Jawa yang cukup untuk dapat memahami isi suluk-suluk asli Centhini. Kesal karena sastrawan Jawa pribumi yang lebih mumpuni dan mengerti, memilih menyimpan paham nya untuk sendiri.
Mungkin pikiran mereka sudah mencibiri awam seperti saya yang tak mungkin mengerti. Malas saja mereka membagi Centhini yang begitu agung pada jelata sastra seperti saya... Mungkin begitu.
Kenapa begitu angkuh saya melihat kalian?
Maka mohon salahkan prasangka dan khianati ekspektasi buruk saya atas kalian.Tertawai ketidaktahuan saya dan tunjukkan bahwa kalian sebenarnya sudah membagi paham dan jelata sastra lah yang terlalu tidak peduli dan baru protes saat sadar tak dibagi. Enggan mencari hingga tak kunjung menemukan.
Mohon tolong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar